Contoh Naskah Drama Tentang Lingkungan

Naskah Drama Tentang Lingkungan5 Orang Pemeran - Permasalahan sampah menjadi permasalahan yang paling sering dibahas mengenai cara penanggulangannya. Akan teteapi masih saja soal smpah menjadi yang menjejali lingkungan. Lalu apakah mungkin perubahan lingkungan menjadi lebih bersih dan sehat? Berikut ini adalah contoh naskah drama tentang lingkungan yang dapat dijadikan referensi dalam pementasan drama.

Tema: Lingkungan
Judul:Ekspedisi Sungai
Karakter:
1. Arya
2. Firman
3. Edo
4. Aris
5. Adi

SINOPSIS
Arya, Firman, Edo, Aris, dan Adi adalah bagian dari pengurus karang taruna di desa Mulia. Arya sebagai ketua pengurus memiliki ide untuk mengadakan program ekspedisi sungai di desa mereka yang dipenuhi sampah. Namun banyak keraguan dari para penguruslain, akankah itu efektif. Lalu Arya, Firman dan Edo rapat secara pribadi tentang cara yang mungkin dapat dilakukan dalam ekspedisi sungai serta terus meyakinkan para pengurus lain untuk setuju terhadap program tersebut.

NASKAH DRAMA
Arya dan teman-teman pengurus karang taruna berkumpul di aula Balai Desa.

Arya : “Saya yakin, kalian semua terheran-heran, mengapa saya mengumpulkan kalian di sini. Padahal tidak mendekati bulan Agustus ataupun tanggal peringatan hari nasional lainnya. Begini teman-teman, kita lihat sungai yang melintas di desa kita dulunya adalah sumber kehidupan masyarakat. Mulai dari mandi, mencuci baju, dan kebutuhan minum. Akan tetapi, sekarang sudah dipenuhi sampah, yang artinya tidak dapat difungsikan lagi sebagaimana mestinya. Saya mengajak para pengurus karang taruna untuk berdiskusi mengenai masalah ini.”
Firman : “Maksudmu untuk menghilangkan sampah di sungai?”
Arya : “Ya... kira-kira cara apa yang bisa kita gunakan?”
Aris : “Sebelumnya saya mohon maaf. Begini, hampir keseluruhan masyarakat di desa Mulia sudah berlangganan dengan air PAM, bahkan beberapa juga sudah membangun sumur sendiri. Saya rasa, ketergantungan pada sungai sudah mulai berkurang. Itu artinya, sungai sudah bukan menjadi kebutuhan sehari-hari masyarakat.”

Firman dan Adi mengangguk menyetujui.

Adi : “Lagian juga amat mustahil untuk menghilangkan sampah sungai jika lagi-lagi warga membuang sampah di sungai.”
Edo : “Lalu apa kita akan membiarkan itu terus-terusan terjadi? Coba bayangkan jika sampah di sungai itu makin menumpuk. Air sungai tidak dapat mengalir lagi. Selain bahaya banjir, bau menyengat juga akan timbul dari sampah-sampah yang membusuk.”
Arya : “Jika permasalahannya merambat seperti itu, berarti tempat pembuangan akhir untuk relokasi sampah dari sungai juga amat diperlukan. Benar tadi masukan Adi, sangat percuma membersihkan sampah jika tempat yang benar tidak disediakan.”
Firman : “Lalu intinya bagaimana? Kita membersihkan sampah dulu, atau membuat Tempat Pembuangan Akhir dulu?”
Arya : “Saya akan mendiskusikan soal pembangunan Tempat Pembuangan Akhir dengan kepala desa. Tugas kita adalah bagaimana agar sungai itu bersih dari sampah.”

Setelah beberapa menit berlalu, rapat tersebut kurang efektif karena masih belum menemukan titik temu. Selain pembahasan yang mengambang, sebagian pengurus juga terlihat masih meragukan ide pembersihan sampah di sungai tersebut. Arya akhirnya memutuskan untuk mengakhiri rapat.

Keesokan harinya, Arya menemui kepala desa untuk rencana pembangunan Tempat Pembuangan Akhir. Kemudian bersama Edo mendatangi rumah Firman untuk berdiskusi pribadi, sebelum mengumpulkan para pengurus lain 2 hari lagi.

Dua hari kemudian, rapat karang taruna digelar lagi.
Arya : “Aku sudah menemui Kepala Desa untuk menanyakan soal pembangunan Tempat Pembuangan Akhir. Beliau setuju-setuju saja asalkan kita membuat proposal pengajuannya.”
Edo : “Oke bagus, kita tinggal bentuk kegiatan secara kongkrit tentang pembersihan sungainya. Sebelum menggelar diskusi ini, saya, Arya dan Firman sudah berbincang-bincang mengenai usulan pembersihan sungai ini. Bagaimana jika kita mengadakan ekspedisi sungai.”
Firman : “Dalam ekspedisi tersebut, selain kita bersama-sama membersihkan sampah, kita juga memberi penringatan kepada warga yang membuang sampah di sungai.”
Edo : “Jadi kita bikin rakit dari bambu yang nantinya akan kita gunakan untuk menyisir sungai. Kita lakukan secara bergantian. Rencananya kita akan melakukan ekspedisi 1 minggu sekali.”

Aris menoleh Arya.
Aris : “Bentar deh Ar, kamu benar-benar yakin sungai kita nantinya bisa bersih?”

Arya menarik nafas pelan.
Arya : “Teman-teman, kita melakukan pembersihan ini bukan semata-mata untuk mendapat lingkungan yang bersih dalam waktu instan. Semua butuh proses. Saya memang tidak bisa menjamin kegiatan ini, tapi saya yakin ini akan berjalan baik. Teman-teman, saya ingin bercerita sedikit mengenai sungai yang melintasi kota London. Satu-satunya sungai yang menjadi kebutuhan masyarakat London. Karena tidak memiliki tempat pembuangan yang baik, sungai London akhirnya menjadi sasaran Tempat Pembuangan Akhir. Tidak hanya sampah rumah tangga, tetapi juga smpah BAB manusia. Bayangkan betapa baunya kota itu. Waktu pergantian pemerintahan, tiap rumah dibangunkan toilet dan tempat sampah. Hingga sekarang, sungai London sudah benar-benar steril dari sampah. Bahkan menjadi destinasi wisata bagi turis. Karena di sekitarnya, dibangun kurang lebih 10 landmark kembanggaan London, termasuk BigBen.”

Semua peserta rapat termenung, dan sesekali mengangguk mulai mengerti.

Adi : “Oke oke, saya setuju dengan kegiatan ini, dan saya rasa 1 minggu sekali memang kurang efektif. Saya sarankan minimal 3x seminggu untuk kegiatan awal-awal. Karena sampahnya sangat banyak. Setelah spah agak menipis, kita bisa mengurangi intensitas ekspedisi.”
Aris : “Kalau begitu, dari kita juga harus ada yang menyosialisasikan kepada warga tentang pembuangan sampah yang benar.”
Arya : “Rencananya begini, untuk opening kegiatan, kita akan mengundang seluruh warga untuk berkumpul di lapangan dekat sungai. Di kesempatan tersebut pula, kita akan menyosialisasikan kepada warga. Setelah itu, warga akan diajak membersihkan sungai bersama-sama.”
Adi : “Nah ini saya baru setuju. Jadi setelah hari opening itu, ekspedisi yang dilakukan para pengurus karang taruna akan lebih ringan.”
Edo : “Setuju!”
Aris : “Setuju!”
Firman : “Setuju!”

Rapat kali ini diakhiri dengan mufakat yang telah dicapai. Yakni resmi membuat kegiatan ekspedisi sungai yang rencananya akan dilaksanakan setelah Tempat Pembuangan Akhir selesai dibangun.

Hari semakin beranjak, Arya dan teman-teman pengurus segera menyusun proposal pengajuan pembangunan Tempat Pembuangan Akhir dan proposal kegiatan ekspedisi sungai.

Tak lebih dari dari dua minggu, pengurus karang taruna mendapat konfirmasi persetujuan kegiatan dan pembangunan Tempat Pembuangan Akhir. Sementara Tempat Pembuangan Akhir dibangun, para pengurus karang taruna membuat rakit dan alat-alat pengait sampah sederhana, serta menyusun strategi efektif untuk kegiatan ekspedisi sungai.

Seperti yang telah direncanakan sebelumnya, kegiatan tersebut berjalan lancar. Tidak diduga ternyata masyarakat pun antusias membersihkan sungai dari sampah. Memang tidak berdampak cepat, karena segala sesuatunya butuh proses. Para pengurus karang taruna sendiri berharap tidak hanya sungai yang bersih, tapi jangka panjangnya yakni kesadaran masyarakat dalam membuang sampah yang benar.

Simak juga:



0 Response to "Contoh Naskah Drama Tentang Lingkungan"

Posting Komentar